Bayangkan sebuah plastik bekas yang biasanya kita buang tanpa pikir panjang. Di tangan Rubysh, limbah itu diubah menjadi perhiasan cantik yang punya cerita, punya makna, dan punya dampak sosial nyata. Tapi yang lebih penting dari produk itu sendiri adalah siapa yang membuatnya: para ibu dari komunitas marjinal, perempuan tangguh yang biasanya tak terlihat dalam narasi besar kota.
Begini penampakannya, cantik, ya?
Dari Riset ke Aksi Nyata
Rubysh bukan sekadar ide bisnis, ia lahir dari riset. Pendiri utamanya, Encep Amir, yang menempuh pendidikan magister di bidang Energi dan Lingkungan di University of Twente serta Ilmu Lingkungan di Universitas Padjadjaran, memulai segalanya dari pertanyaan besar: bagaimana sampah bisa punya nilai baru?
Kata kuncinya adalah desain. Dengan pendekatan design thinking, Rubysh memadukan ilmu lingkungan dengan dunia fashion yang terus berkembang. Hasilnya? Produk waste to fashion yang tidak hanya cantik secara visual, tapi juga membawa misi sosial dan lingkungan yang kuat.
Ekonomi Sirkular yang Berpihak
Rubysh mengusung konsep ekonomi sirkular lokal, mengubah material yang sebelumnya dianggap tak punya nilai menjadi barang yang laku di pasaran. Perempuan-perempuan dari komunitas lapak dilibatkan dalam proses produksi. Ada sekitar 30 ibu yang ikut terlibat secara aktif dalam pembuatan perhiasan dan produk fashion Rubysh. Workshop dan pelatihan menjadi bagian dari keseharian mereka, meski dilakukan di tempat-tempat umum karena keterbatasan fasilitas.
Tantangan dan Harapan
Bekerja dengan material daur ulang tidak semudah yang dibayangkan. Sampah itu sifatnya given, yang berarti struktur, warna, dan bentuknya sudah ditentukan oleh penghasilnya. Di dunia fashion yang terus berubah, Rubysh membutuhkan relevansi. Oleh karena itu Rubysh membuka ruang kolaborasi dengan mahasiswa desain dan anak muda kreatif lainnya.
Rubysh punya impian besar: workshop layak untuk para ibu, pelatihan desain yang berkelanjutan, dan akses ke komunitas slow fashion secara lebih luas. Bahkan kini, mereka sedang menjajaki model bisnis regional dengan memberdayakan satu jenis sampah, satu produk khas di setiap daerah.
Yang pasti, Rubysh bukan sekadar bisnis. Ia adalah cerita tentang bagaimana limbah bisa berubah menjadi peluang. Tentang perempuan-perempuan tangguh yang diberi ruang untuk bersinar. Dan tentang bagaimana keberlanjutan, jika dilakukan bersama, bisa menjadi gaya hidup, bukan sekadar tren sesaat.